Rabu, 26 Januari 2011

JENIS PESTISIDA LAIN

Selain beberapa jenis pestisida diatas masih banyak jenis pestisida lain. Namun, karena kegunaannya jarang maka produsen pestisida pun belum banyak yang menjualnya. Sehingga dipasaran bisa dikatakan sulit ditemukan . pestisida tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pisisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam.
  2. Algasida, merupakan pestisida pembunuh ganggang.
  3. Avisida, petisida pembunuh burung.
  4. Larvisida, pestisida pembunuh ulat.
  5. Pedukulusida, pestisida pembunuh kutu.
  6. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon.
  7. Ovisida, pestisida perusak telur.
  8. Piscisida, pestisida pembunuh predator.
  9. Termisida, pestisida pembunuh rayap.
  10. Arborisida, pestisida pembunuh pohon, semak dan belukar.
  11. Predasida, pestisida pembunuh hama vertebrata.
Selain itu ada juga beberapa senyawa yang tergolong pestisida tetapi namanya tidak berakiran sida. Pestisida tersebut umumnya bersifat non letal atau tidak langsung membunuh. Berikut pestisida yang dimaksud dan pengaruhnya terhadap hama sasaran:
a. Antraktan : menarik serangga pada lokasi yang mendapat bperlakuan, misalnya metileugenol dan feromon.
b. Kemosterilan : memandulkan serangga atau vertebrata sehingga pekembangbiakannya bisa ditekan, misalnya afolate dan folex.
c. Desinfektan : bahan pembunuh mikroorganisme, missal sodium bisulfat.
d. Desikan : zat pengering bagian tanaman, misalnya daun dan batang, juga pengering serangga misalnya asam arsenic.
e. Repellen : penolak hama atau pengusir hama dari obyek yang memperoleh perlakuan, misalnya kamper dan avitrol.
f. sterilan tanah : penetrasi tanah dari mikroorganisme dan organisma pengganggu lain.
g. Inhibitor : penghambat, misalnya pospon.
h. stimulant : perangsang misalnya atonik dan ethrel.
i. Pengawet kayu, misalnya penta kloro phrnol (PKP)
j. Anti makan 9anti-feedant) : menghalangi makan hama namun hama tetap tinggal pada tanaman akhirnya mati kelaparan.
k. Penggugur daun (defoliant) : menghilangkan pertumnuhan bagian tnaman yang tidak dikehendaki.

PESTISIDA BERPERAN GANDA
Selain untuk satu golongan OPT seperti di atas, kini di pasarn juga tersedia jenis pestisida yang berperan untuk membasmi 2 atau 3 OPT. berikut jenis pestisida yang dimaksud sesuai yang terdaftar di komisi pestisida:
  1. Akarisida, fungisida yang berguna untuk mengendalikan penyakit jamur dan tungau.
  2. Akarisida insektisida.
  3. Arbsida, herbisida.
  4. Fungusuda, insektisida da nematisida.
  5. Fungisida, ZPT
  6. Fungisida, nematisida.
  7. Insectisida, fungisida untuk pengawet kayu.  Sumber : www.pupukcair.co.cc

HERBISIDA

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar.
Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah.
Berdasarkan respon terhadap herbisida dan morfologinya, gulma digolongkan menjadi empat:
  1. gulma rerumputan (grasses weeds)
cirri gulma ini berdaun pita, perakaran serabut, batang hulat, pipih, berlubang, atau massif. Umumnya monokotil dari keluarga poaceae. Contohnya alang-alang, paitan, dan kawatan.
  1. Gulma berdaun lebar (broad leaves)
Gulma ini merupakan tumbuhan dikotil dan paku-poakuan. Kisalnya ceplukan, wedusan, dan sembung rambat.
  1. Gulma golongan teki (sedges)
Gulma golongan inibersal dari keluarga cyperaceae, tergolong monokotil, perakaran serabut, berdaun pita, batang bulat, segitiga, pipih, dan massif. Daun tidak mempunyai lidah daun dan titik tumbuhnya tersenbunyi. Misalnya teki dan udelan (cyperus kyllingia).
  1. Gulma pakisan ( fern) ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Misalnya pakis kadal ( Dryopteris aridus) dan pakis kinca (neprolepis biserata)
Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika dilihat dari waktu aplikasinya.
  1. herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam tetapi tanah sudah dioleh.
  2. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total agar mudah dalam pembersihan lahan.
  3. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh.
  4. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua.
Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan sistemik.
a. Herbisida kontak ad\kan mematikan jaringan gulma yang terkana. Herbisida ini diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk mengendalikan gulma setahun atau gulma semusim. Misalnya ceplukan (Physalis angulata L), wedusan atau babadotan (Angeratum conyzoides L.) dan bayam duri (amaratus spinosa L.). gulma ini akan mati scara keseluruhan bila kontan dengan herbisida ini. Namun, bial diaplikasikan pada gulma tahunan yang mati hanya bagian atasnya. Jadi hanya seperti dibabat. Sedangkan akarnya tetap hidup.
b. Herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma mengalami kematian total. Maka dari itu aplikasinya dapat dengan cara penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma tahunan (perennial weed) misalnya alang-alang, teki, dan sembung darta dangat efektif dikendalikan dengan herbisida sistemik.
Pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja, yaitu selektif dan nonselektif.
  1. Herbisaida selektif walaupun diaplikasikan pada berbagai tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relative tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan.
  2. Herbisida nolnselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun yang dapat mematiokan hamper semua jenis tumbuhan. Sumber diambil dari : www.pupukcair.co.cc

MOLUSKISIDA

Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang , sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat ditambak.

Bekicot dan siput, binatang yang dapat mengeluarkan lender ini mempunyai kebiasaaan hidup bersembunyai di tempat teduh pada siang hari. Pada malam hari moluska akan mencari makanan tanaman yang sudah membusuk ataupun yang masih hidup. Berbagai jenis tanaman diserangnya , merusak persemaiaan dan tanaman yang baru tumbuh. Dalam perjalanannya meningglkan jejak berupa lender yang mengkilat. Karena sulit ditemukan disiang hari, maka pengendaliannya biasanya dengan moluskisida yang berupa umpan beracun.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/moluskisida.html 

RODENTISIDA

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

Tikus juga merupakan organisme penggangu yang bnayak merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan , bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.
Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/rodentisida.html 

AKARISIDA

Akarisida tau sering disebut mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba. Tungau adalah binatang kecil yang besarnya kurang dari 0,5 mm berkaki 8 dan berkulit lunak dengan kerangka kitin. Warnanya bermacam-macam ada yang merah kuning, adapula yang hijau.

Bila udara panas dan kering perkembangannya sangat pesat. Betina bisa bertelur pada daun atau buah lebih dari 100 butir. Namun pada saat hujan lebat populasinya akan menurun drastic. Menyerang tanaman dengan mulutnya dengan cara menggigit, mnghisap, menggergaji, atau menusuk.
Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserangnya akan mengalami peubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul, atau buah rontok sebelum waktunya. Jenis tungau merah terkenal sangat ganas. Lebih dari 100 jenis tanaman diserang. Denagn tubuhnya yang sangat kecil, tungau mudah tersebar melalui angina, terbawa manusia, binatang, alat pertanian, biji dan lainnya.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/akarisida.html 

NEMATISIDA

Nematoda yang bentyuknya seperti cacing kecil ini ada yang panjangnya lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron. Hidup pada lapisan tanah bagian atas. Nematode yang berperan sebagai hama dibedakan menjadi:

- nematode semi endoparasit yang memasukkan kepalanya dalam akar tanaman tetapi bagian badannya di luar akar,
- nematode ektoparasit yang hidup di luar akar tanaman namun dengan stiletnya mampu menghisap cairan akar tanaman.
- Nematode endoparasit merupakan nematode yang hidup sepenuhnya dalam akar tanaman.
Adanya serangan nematode pada akar bisa ditandai dengan adanya gejala yang tampak pada akar atau bagian tanaman diatas permukaan tanah. Akar yang terisi nematode endoparasit atau semiendoparasit akan bereaksi dengan membentuk tumor atau bisul yang cukup besar seperti bonggol. Luka bekas serangan nematode dapat terjangkiti ceendawan atau bakteri sehingga menimbulkan penyakit sekunder. Dengan akar yang tidak sehat distribsi hara menjadi tersendat.akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, klorosis dan sering kali diikuti layu, daun gugur,atau ujung tanaman mati. Akibat lainnya titik tumbuh mengalami kelainan sehingga daun keriting, membengkok, berbelit, atau batang bertumor.
Racun yang dapat mengendalikan nematode ini disebut nematisida. Umumnya nematisida berbentuk buturan yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah. Walaupun demikian ada juga yang berbentk larutan dalam air yang penggunaannya dengan cara disiramkan.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/nematisida.html 

BAKTERISIDA

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.

Serangan bakteri pada tanaman cukup merugikan petani. Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil inin dilihat dari bentuknya ada yang bulat, berbentuk batang, dan spiral. Panjangnya antara 0,15 – 6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri.
Dengan ukurannya yang sangaat kecil ini bakteri mudah menerobos masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu dan lentisel. Didalam tanaman, enzim bakteri akan:
- memecah sel sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan.
- Memecah tepung menjadi gua dan menyederhanakan senyawa nitrogen yang koplek untuk memperoleh tenaga agar bertahan hidup.
Selain itu bakteri juga menghasilkan zat racun dan zat l;ain yang merugikan tanaman. Bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-sel inang membelah secara tidak normal.
Didalam tanaman, bakteri ini kana bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya.
- tipe penyakit pembuluh pengangkut air
bakteri ini memenuhi pembuluh pengangkut air dan mengakibatkan jalannya air dari akar ke daun terhambat sehingga daun menjadi layu. Contohnya bakteri pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk cikelat pad akentang, terung dan tomat.
- tipe penyakit jaringan parenkim
dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau pembusukan bagian tanaman yang terserang.
- tipe penyakit hiperp[lastis
bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lbih cepat dari biasanya sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol atau pembengkakan.
Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji, buah umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos dan pupuk kandang.
Baktrisida biasanya sistemik karena baktri melakukan perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas solanaceae yang bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/bakterisida.html 

FUNGISIDA

Fungisida adalah bahan yangmengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.

Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang disebut mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau dalam tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab, tanah asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak tanaman yang masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan.
Cendawan merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sproranya masuk kedalam bagian tanaman lalu mengasakan pembelahan dengancara pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisulo-bisul. Pertumbuhan yang tidak teratur ini mengakibatkan system kerja jaringan pengangkut air menjadi terganggu sehingga kehidupan tanaman menjadi merana. Sebagi contoh kasus ini adalah penyakit akar gada pada kubis yang disebabkan oleh plasmodiophora brassiceae Wor.
Secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah klorosis atau perubahan warna jaringan tanaman, pembusukan akar, batang, daun atau bagian tanaman lain , muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun atau batang dan sebagainya.
Untuk mengendalikan perkembang biakannya, sel-sel cendawan ini bisa dimatikan dengan fungisida. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel cendawan, fungisida dibedakan menjadi:
· Fungisida kontak
· Fungisida sistemik
· Fungisida kontak-sistemik
Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang bila diaplikasikan pada tanaman akan bertranslokasi ke bagian lain. Aplikasi dapat melalui penetrasi daun, melalui tanah untuk selanjutnya diabsorbsi oleh aka, atau injeksi melalui batang. Karena fungisida sistemik ini masuk ke jaringan tanaman, maka harus memenuhi syarat ideal sebagi berikut.
  1. dalam tanaman inang bekerja sebagai toksikan.
  2. Mengganggu metabolisme inang dan mengimbas ketahanan fisik maupun kimia terhadap pathogen dan tidak mengurangi kuantitas maupun kuantitas tanaman.
  3. Dapat diabsorbsi scara baik dan ditranslokasikan ke tmpat patogn serta stabil dalam tanaman inang.
  4. Terhadap mamalia bertoksisitas cukup renah.
  5. Mampu meningkatkan ketahanan inang.
Mengacu pada aplikasinya, fungisida bisa diberikan sebagai eradikan dan protektan. Eradikan diaplikasikan pada saat organisme pengganggu peneyebab penyakit (patogen0 sudah ada di dalam tanaman, atau pada saat awal infeksi ada di permukaaan tanaman, atau sebagai gejala kerusakan sebagai irreversible. Untuk pathogen yang masih berada dipermukaan bagian tanaman cukup dikendalikan dengan fungisida kontak. Namun , bagi pathogen yang btelah msuk ke dalam tanaman hanya dapat dikendalikan dengan fungsida sistemik.
Fungisida sebagi protektan diaplikasikan pada permukaan bagian tanaman , misalnya batang, daun dan buah sebelum terjadi infksi penyakit, atau bahkan sebelum pathogen kontak dengan permukaan bagian tanaman.
Apabila dilihat dari fungsi kerjanya, fungisida dibedakan atas:
  1. fungisidal, yaitu membunuh jamur.
  2. Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur
  3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi.
Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk penymprotan, bentuk serbuk padat untuk penyebukan dan bentuk gas untuk fumugan.
Selain untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanian, fungisida juga banyak diterapkanpada buah dn sayur pascapanen.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/fungisida.html  

INSEKTISIDA

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.

Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya merugikan manusia karena herbivore atau fitofak, sedangkan sebagian lainnya merugikan manusia karena menyebarkan penyakit pada manusia dan binatang ternak. Walaupun demikian ada pula serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), predator dan parasitoid pada serangga lain, penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya.
Ukurannya sangat beragam. Ada yang besarnya kurang dari 0,25 mm, tetapi ada juga yang bisa mencapai 25 cm. secara umum tubuh serangga terdiri dari kepala, dada dan perut. Pada dadanya terdapat 6 ruas kaki yang dapat bergerak.
Serangga menyerang tanaman atau ternak untuk memperoleh makanan dengan berbagai cara, sesuai tipe mulutnay:
· Menggigit dan mengunyah, misalnya jangkerik, ulat, dan belalang. Dengan mulutnya ini serangga dapat menggigit dan mengunyah bagian luar tanaman, mengugurkan daun tanaman, membuat lubang terowongan ke dalamnya, atau memakan buah.
· Menusuk dan menghisap cairan tanaman, misalnya aphis,wereng, kutu perisai, kutu daun, kupu-kupu penusuk buah dan thrips.
· Menghisap, misalnya kupu-kupu dan ngengat. Binatang ini tidak merugkan sebatas yang dihisap hanya nectar atau madu dari bunga. Akan tetapi kebanyakan pada tingkat dewasa menjadi hama yang serius.
· Mengunyah dan menjilat. Serangga bertipe mulut ini umumnya tidak merugikan manusia, justru memberi keuntungan , misalnya lebah.
· Memarut dan menghisap dilakukan oleh thrips atau tungau. Jaringan tanaman yang di parut dengan paruhnya sehingga keluar cairan untuk dihisapnya. Jaringan yang terserang oleh hama ini senderung berwarna putih kemudian megarat.

Salah satu kesulitan pengendalian serangga adalah sifat serangga yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Sebagai contoh walaupun tanaman ksukaannya tidak ada, serangga masih bertahan hidup dengan memakan jenis tanaman apa saja yang ada. Seraangga juga tidak hanya menyerang tanaman di lahan pertanian, tetapi ada beberapa jenis yang menjadi hama gudang.
Untuk membunuh serangga, inektisida nmasuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernapasan.
    1. iunsektisida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektisida seperi ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe pengigit dan pengunyah.
    2. Insektisida kontak (contac poisons) akan masuk tubuh serangga melalui kutikulanya.
    3. Insectisida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagiai fumigasi hama gudang dapat mematikan hama yang menhisap gas beracun dari fumigant.
Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas peracun fisik, peracun protoplasma, dan peracun pernapasan.
· Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga.
· Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh srangga.
· Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim pernapasan.

Sumber : http://www.pupukcair.co.cc/2010/11/insektisida.html 

MENGENAL PESTISIDA

Pestisida merupakan terjemahan bahasa inggris pesticide yang berasal dari bahasa latin pestis dan cedo yang biasa diterjemahkan menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jassad pengganggung padata tanaman sering juga disebutdengan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Bahan racun yang dibutuhkan
Pestisida digunakan sebagai pilihan utama pemberantasan organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaan nya mudah, dan hasilnya cepat diketahui. Namun bila aplikasi ikurang bijaksana dapat menyebabkan dampak yang berbahaya bagi pengguna maupun linggkungan. Dampak buruk tersebut antara lain:
  1. mengakibatkan keracunan bagi pengguna secara cepat ataupun lambat.
  2. meracuni inang.
  3. resistensi pada hama akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok senyawa yang sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat.
  4. terjadi resurjensi, yaitu populasi hama generasi berikutnya meningkat setelah aplikasi pestisida, karena ikut terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi pestisida. Bisa juga terjadi perangasangan produksi telur hama akibat penggunaan dan ntingkat dosis tertentu.
  5. munculnya hama sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami hama utama dan bahkan musuh alami sekunder ikut terbunuh. Akibatnya hama sekunder berkembang pesat dan menjadi hama utama.
  6. merusak mahluk berguna misalnya serangga penyerbuk, predator, parasit, dan pathogen.
  7. mencemari lingkungan, misalnya perairan, udara, dan sebagainya.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, produk pestisida sebaiknya memenuhi criteria berikutnya:
  1. mempunyai toksisitas oral yang rendah.
  2. mempunyai toksisitas dermal yang rendah.
  3. tidak persisten. Pertisida tidak bertahan di dalam tanah, tanaman dan perairan.
  4. tidak meninggalkan residua pada taaman.
  5. tidak berakumulasi.
  6. efektif terhadap organisme sasaran.
  7. mempunyai spectrum yang sempit atau selektivbitas yang tinggi. Artinya yang terbunuh hanya jasad pengganggu, sedangkan jasad hidup yang lain tidak ikut terbunuh.
  8. tidak fitotoksis, yaitu tidak meracuni tanaman itu sendiri.
  9. tidak menimbhulkan resistensi atau timbulnya sifat kekebalan terhadap organisme pengganggu atau organisme sasaran.
  10. mudah didapat dan murah.
  11. tidak mudah terbakar dan meledak.
  12. dapat disimpan lama tanpa mengurangi kualitas.
  13. tidak merusak alat.
Jenis pestisida dan cara kerjanya
Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan.
1. INSEKTISIDA
2. FUNGISIDA
3. BAKTERISIDA
4. NEMATISIDA
5. AKARISIDA
6. RODENTISIDA
7. MOLUSKUSIDA
8. HERBISIDA
9. PESTISIDA
10. FORMULASI PESTISIDA

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PEMUPUKAN


Persiapan
  1. Pembenahan piringan, pasar pikul, rorak, tapak kuda, tapak timbun dan lain-lain.
  2. Penghancuran pupuk yang menggumpal
  3. Takaran pupuk dibuat per jenis dan dosis pupuk. Sapu lidi pendek ( 15 Cm ) berbentuk kipas untuk penebaran pupuk.
  4. Luas areal yang dipremikan maksimal 30 % areal pemupukan hari itu.
  5. Persiapan : Kebutuhan jenis dan dosis pupuk dan jumlah pohon, tenaga penebar, pengecer, pengangkut pupuk, transportasi pupuk ke lapangan.

x
Pemupukan pada areal yang sering tergenang air tidak ada gunanya sebelum adanya perbaikan drainase atau pembangunan tapak timbun
x
Tapak timbun
 

  1. Formulir AU-58 untuk permintaan pupuk
  2. Membuat rencana harian
  3. Membuat peta rencana pemupukan harian
  4. Membuat Barchart rencana - realisasi pemupukan
  5. Menentukan letak SPB (5 - 10 ha/SPB) dan letak SPK ( > 2 ha/SPK)
  6. Tenaga pemupukan :
          - Areal rata : 2 penabur + 1 pengecer
          - Areal perengan : 3 penabur + 2 pengecer
  1. Pemupukan diangkut ke lapangan sebelum jam 06.00 wib. Penebaran pupuk dimulai jam 06.30 wib 

    Sumber : http://www.pusri.co.id/indexC030207.php  

WAKTU DAN FREKUENSI PEMUPUKAN

Waktu Pemupukan
  1. Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan. Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
  2. Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP (KCl) dan rea/Z A.
  3. Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A minimal 2 minggu.
  4. Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.
Frekwensi Pemupukan
  1. Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur - kondisi tanaman.
  2. Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekwensi yang lebih banyak.
  3. Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya

    Sumber : http://www.pusri.co.id/indexC030205.php 

SIFAT DAN JENIS PUPUK

Sumber Hara
  1. Tanah
  2. Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah cair dan kacangan penutup tanah.
  3. Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khusus
Pupuk An-Organik
  1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.
  2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
  3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
  4. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, seperti dalam bentuk tablet atau pelet. Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya, efektivitas masih perlu diuji.
Sifat Pupuk
Sifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya mengacu pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada.
Sumber Hara
Hara Utama
N P2O5 K2O MgO CaO B Cu S Cl
1. Pupuk Tunggal
- Urea N 46                
- Ammonium Nitrat (AN) N 35                
- Sulphate of Ammonia (SOA - ZA) N, S 21             24  
- Rock Phosphate (RP) P, Ca   30     45        
- Triple Super Phosphate (TSP) P, Ca   46     20        
- Single Super Phosphate (SSP) P, Ca, S   18     25     11  
- Muriate of Potash (MOP - KCl) K, Cl     60           35
- Sulphate of Potash (SOP-ZK) K, S     50         17  
- Kieserite Mg, S       27       23  
- Dolomit Mg, Ca       22 30        
- Sulfur S               97  
- Borate B           11      
- Copper Sulphate (CuSO4.H2O) Cu             25 13  
- Langbeinite K, Mg, S     22 18       22  
2. Pupuk Majemuk
- Diammonium Phosphate (DAP) N, P 18 46              
- NPK (12-12-17-2) N,P,K,Mg 12 12 17 2          
- NPK (15-15-6-4) N,P,K,Mg 15 15 6 4          
- NPK (15-15-15) N,P,K 15 15 16            
3. Sisa - sisa Tanaman
- Abu tandan kosong K, Mg, Ca   4 40 6 5        
- Tandan kosong N, K < 1 0,1 1,2 0,1 0,1        
- Pelepah hasil tunasan N, P, K 0,5 0,1 0,8 0,1 0,1        
- Limbah cair PKS N, K, Mg 0,4 0,2 1,3 0,4          

Karakteristik  Pupuk  Urea dan ZA
Keterangan
Jenis Pupuk
Urea Z A
Kadar N (%) 42 - 46 21
Hara lain (%) - 24 % S
Kelarutan dalam air (gr/ltr) 1.030 750
Reaksi agak masam masam
Higroskopisitas tinggi kurang
Pencucian/penguapan tinggi sedang
Ketersediaan mudah mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
2,75 4,5

Karakteristik  Pupuk  Phosphate
Keterangan
Jenis Pupuk
RP-Gafsa RP-Maroco CIRP TSP SP-36
P2O5
(larut asam sitrat 2 %)
26,7 33,1 28 46 36
Hara Lain :
- CaO (%)
- Al2O3 + Fe2O3 (%)
- S (%)

49,8
0,2
-

48,2
0,18
-

35,7
9,3
-

18,3
0
-

-
-
5
Kelarutan dalam air
( gr/ltr )
0,125 - - > 99 -
Reaksi Netral - basa Netral - basa Netral - basa Masam Agak masam
Higroskopisitas - - - - -
Kehalusan :
 
  • Mesh 80 (%)
  • Mesh 100 (%)
 

63
91

29
80

60
99

-
-

-
-
Ketersediaan Mudah Mudah Mudah Tidak tersedia Mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
- - - 1,75 2,25

Karakteristik  Pupuk  ZK dan KCl/MOP
Keterangan
Jenis Pupuk
ZK MOP/KCl
Kadar K2O (%) 49 - 53 21
Hara lain (%) 18 % S 47 % Cl
Kelarutan dalam air larut larut
Reaksi netral netral
Higroskopisitas - -
Ketersediaan mudah mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
- 2,25

Karakteristik  Pupuk  Magnesium
Keterangan
Jenis Pupuk
Kieserite
Dolomit
Dolomit - Lokal
Kadar MgO (%) 27 18 - 22 2,9 - 37,7
Hara lain (%) 22 % S 40 % CaO 0,9 - 48 % CaO
0,04 - 4,21 % Fe2O3
35 - 45 % SiO2
Kelarutan dalam air Agak sukar sukar -
Reaksi Agak masam Basa -
Higroskopisitas - - -
Kehalusan - Bervariasi
> 95 % (mesh 100)
Bervariasi
> 90 % (mesh 80)
Ketersediaan mudah mudah mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
1,5 2 - 2,5 -

Pencampuran Beberapa Jenis Pupuk
Urea Z A R P SP-36 ZK MOP Kieserite Dolomit
Urea a N a a a N
Z A N a N x x a
R P a
SP-36 a N a x a N
ZK a x x a a a
MOP a x a a a a
Kieserite a
Dolomit N a N a a a
Keterangan :
  • a = Dapat dicampur
  • N = Pupuk dapat dicampur segera sebelum digunakan
  • x = Pupuk tidak dapat dicampur

Sumber : http://www.pusri.co.id/indexC030204.php