Kamis, 23 Desember 2010

VALUE ENGINEERING PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

1. LATAR BELAKANG
Perkebunan kelapa sawit salah satu agribisnis yang cukup besar dan mempunyai pasar yang sangat baik di dunia karena hasil produksinya merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat (minyak makan). Perkebunan kelapa sawit Indonesia merupakan perkebunan nomor dua besar di Asia setelah Malaysia.
Produksi sawit Asia merupakan terbesar di dunia dan sebagian besar dikelola oleh PTPN maupun swasta, bahkan banyak juga kebun masyarakat dan perkebunan sawit ini telah mulai lebih kurang dua puluh lima tahun yang lalu, mulai dari bibit sawit sampai kepada pabrik minyak. Kepala sawit telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan bagi masyarakat Indonesia persoalan kelapa sawit sudah merupakan hal biasa-biasa saja.
Persoalan bidang pertanian di Indonesia pada saat ini sedang asyik dengan persoalan subsidi mulai dari BBM sampai kepada persoalan pupuk sehingga timbul persoalan baru bagi orang yang punya kesempatan dan kekuatan untuk mengekspor barang-barang ini ke luar negeri karena selisih harga cukup menggiurkan.
Beban negara jadi bertambah untuk memenuhi subsidi agar masyarakat masih bisa berusaha suatu revolusi sosial yang kalah pentingnya karena uang subsidi juga merupakan hutang negara notabene hutang rakyat. Pertanian pada kondisi saat sekarang cukup sulit untuk mendapatkan pupuk kalau ada jumlahnya sangat terbatas dengan harga yang cukup besar jika dibandingkan dengan penjualan hasil produksi, yang mengakibatkan biaya produksi menjadi berat karena komposisi pupuk pada biaya produksi pertanian memegang peran (30-40)%.
Pertanian tanpa pupuk pada paska modern ini artinya sama dengan kembali pada zaman primitif, walaupun mekanisasi pertanian modern dan bibit unggul. Suatu pertanyaan kita pada kondisi pertanian Indonesia saat ini kenapa tidak mencoba mengembangkan atau mencari solusi pertanian agar dapat menurunkan biaya produksi dengan metode mencari substitusi pupuk dengan jalan atau cara pengembangan teknologi kebutuhan nutrisi tanaman dari lingkungannya sendiri, apakah kita tidak belajar dari alam sekitar kita atau melihat hutan belantara bagaimana rumus alam tersebut semakin lebat hutannya semakin subur hutannya dan semakin banyak dapat menahan air hujan.
Secara alamiah hutan mengembangkan metode bioteknologi sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna dan berkelanjutan (Sustainable Agriculture). Artinya satu dengan yang lainnya seling menghidupkan sehingga dapat berkesinambungan dan semua sistem kehidupan itu merupakan satu mata rantai yang tidak terputus (Analisis Sistem Agriculture).

2. MAKSUD VE
Didalam penyusunan Value Engineering Perkebunan Sawit ini hendaknya disusun suatu Sistem Pertanian Terpadu yang akan didukung dengan penerapan Bioteknologi NT 45 diseluruh aspek hingga tercapai satu mata rantai yang tidak terputus.
Diantara mata rantai yang mempengaruhi di dalam cost produksi perkebunan tersebut dapat dilakukan di lingkungan perkebunan itu sendiri sehingga yang biasanya menjadi cost out dapat menjadi cost in.
Mata rantai tersebut adalah :
1. Pupuk untuk Kelapa Sawit
2. Pembersihan gulma gawang sawit
3. Pembersihan piringan sawit
4. Pembersihan lumut dan jamur pada pohon sawit
5. Penebangan pelepah sawit yang sudah tua
6. Pembuangan abu pembakaran cangkang dan pelepah tandan sawit sebagai pembakaran air untuk turbin
7. Pembuangan air (limbah) pabrik kelapa sawit
8. Penaikan PH tanah terutama pada piringan pohon kelapa sawit

Dari kondisi yang ada di Perkebunan Kelapa Sawit maupun pada Pabrik Kelapa Sawit yang hendak dicapai setelah VE tersusun dengan baik dapat diturunkannya produksi TBS yang diakibatkan oleh bermacam-macam kegiatan perhubungan maupun produksi sehingga nilai tambah keuntungan infestasi dapat lebih besar dan stabil sampai mencapai tingkat pengembalian.
Dan tanpa memperluas perkebunan akan terjadi peningkatan pendapatan usaha perkebunan ini sehingga arti VE betul-betul dapat mencapai sasaran.
VE yang disusun menurut konsep atau metode NT 45 ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peningkatan nilai pertumbuhan ekonomi baik bagi persero maupun bagi karyawannya sehingga usaha perkebunan ini benar-benar mencapai nilai-nilai ideal.
2. Pembukuan lapangan kerja baru yang berkelanjutan dengan metode cooperation yang saling menguntungkan antara persero dan masyarakat.
3. Pengentasan kemiskinan antara persero dan masyarakat buruh kebun karena di standarisasinya nilai-nilai VE yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi di dalam usaha bersama ini.
4. Secara teknis perkebunan kelapa sawit ini akan jauh dari aspek-aspek kimia dan racun sehingga perkebunan ini dapat dicapai menurut konsep Sustainable Agriculture dan kualitas produksi TBS kedepan benar-benar berkualitas tinggi seperti yang diharapkan pasar global.
Ciri-ciri dari TBS yang dihasilkan tanpa kimia dan racun dari perkebunan kepala sawit adalah :
1. Kualitas buah lebih berat (15-20)% dari standar.
2. Rendemen dari TBS lebih tinggi.
3. Waktu keasaman TBS akan lebih lama.
4. Ph tanah PKS tidak cepat turun karena sinar matahari yang cukup dan tidak terjadi pengkristalisasian tanah akibat pupuk kimia.
5. Penyerapan air akan lebih baik ke dalam tanah karena tanah menjadi gembur.

3. KONDISI EKSISTING BIAYA PRODUKSI PKS SAAT INI
Perkebunan Kelapa Sawit yang akan disusun Value Engineeringnya adalah kebun yang telah berproduksi atau masih baru ditanam tetapi kondisi yang akan disajikan pada makalah ini adalah kondisi yang telah menghasilkan TBS sehingga akan dapat dibandingkan dengan jelas nilai tambah yang diberikan (value)nya.
Dan nilai-nila yang diukur bersifat general dan ideal atau kondisi yang telah berlalu diantaranya adalah :
1. Biaya pupuk untuk satu batang sawit selama satu tahun ± 10-12 Kg/Batang dengan harga rata-rata Rp 22.500/Batang/Tahun dan setiap hektar kita ambil rata-rata 100 batang jadi pupuk untuk satu tahun Rp 2.250.000/Ha/Tahun
2. Biaya penyiangan gawangan kita anggap 2 kali tiap tahun Rp 500.000/Ha atau dengan sistem pegawai tetap juga akan menekan biaya yang hampir sama. Jadi biaya setiap tahun Rp 1.000.000/Ha/tahun.
3. Biaya pembersihan piringan batang sawit dan gulma setidaknya satu kali tiap 3 bulan atau 4 kali satu tahun jadi biaya satu tahun 4 x Rp 500.000 = Rp 2.000.000/Ha/tahun.
4. Biaya penebangan pelepah sawit termasuk pengambilan TBS tapi kita anggap hanya penebangan pelepah saja setiap sebulan sekali atau 12 kali setahun sehingga daun yang ada pada batang sawit kelapa 24 lembar setiap batang.

Semua biaya diatas merupakan cost terhadap TBS yang dihasilkan PKS dan pada Pabrik kelapa Sawit juga terjadi beban cost bersifat limbah :
1. Pembuangan abu pembakaran cangkang meupun tandan kelpa sawit yang telah diambil buahnya dan limbah-limbah ini dibakar untuk membakar ketel uap untuk sumber energi dengan produksi puluhan ton setiap jam, jumlah abu pembakaran harus di buang setiap hari dalam jumlah puluhan ton juga.
2. Pada permulaan sawit di proses dengan sistem pemanasan uap air, uap akan menjadi limbah cair begitu seterusnya baik limbah cair maupun padat merupakan cost produksi jika tidak dijadikan bahan berguna lain.
Semua limbah cair maupun padat yang dibuang dari Pabrik Kelapa Sawit dengan akan menjadi cost produksi tetapi kalau diolah akan menjadi nilai tambah dan proses ini dapat dimanfaatkan Bioteknologi yang orientasinya menjadi pupuk dan makanan ternak.

4. VALUE ENGGINEERING PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Didalam perencanaan ini akan disusun sebuah konsep baik secara makro maupun mikro mulai dari manajemen sampai kepada teknologi yang akan dilaksanakan secara teknis dimana semua prinsip-prinsip diatas adalah hasil riset development dari konsultan perencana yang disebut dengan metode NT 45.
Konsep Manajemen pembangunan VE yang Akan dilaksanakan nantinya ada beberapa unsur yang ikut secara langsung dan terus menerus dengan waktu tanpa batas yaitu :
- Pihak pertama disebut sebagai pemilik perkebunan (owner) baik PTPN maupun swasta.
- Pihak kedua disebut sebagai Consultant Development Service (CDS) penyusun dan pengawas program.
- Pihak ketiga disebut sebagai Karyawan Partner (KP) pelaksana pekerjaan di masa depan setelah tersusun program VE.
Untuk membangun dan mewujudkan Program VE perlu disusun suatu komponen manajemen terpadu yang di standarisasi serta disepakati sesuai dengan nilai-nilai yang dikemukakan pada sasaran penyusunan VE tersebut diantaranya adalah menyangkut masalah Manajemen Opearsional, Manajemen Finansial dan Manajemen Teknikal (teknologi) sehingga dapat dicapai hasil VE tersebut baik nilai-nilai sosial ekonomi maupun nilai teknologi berkelanjutan.

Sumber : http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S1PP20.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar